HANIFAH AKMALA, PEMENANG LOMBA LITERASI POLDA METRO JAYA

Sekilas, tak ada yang istimewa dari sosok gadis berjilbab ini. Pembawaannya yang tenang, membuatnya tak menunjukkan bahwa ia seorang yang concern pada banyak bidang. Namun, di balik sikap sederhananya itu ia menyimpan talenta yang tak semua orang memilikinya..
Ya, dialah Hanifah Akmala. Siswa yang baru naik kelas XI IPA MAN 2 Jakarta ini memiliki hobi tulis-menulis. Kegemaran menulisnya dimulai sejak ia duduk di bangku Sekolah Dasar.

“Saya senang membaca buku cerita anak waktu itu. Dalam sehari saya dapat menghabiskan satu buku cerita.” ungkapnya. Kegemarannya membaca buku cerita didukung oleh orang tuanya yang selalu menghadiahkan buku padanya. Dari kebiasaan membaca itulah maka ia tertarik pada dunia menulis. Beberapa kompetisi menulis ia ikuti. Tak sedikit ia mendapatkan cibiran dari teman- temannya, karena ia memilih dunia yang lebih serius.
“Memang saya ebih menyukai dunia menulis. Dengan menulis saya dapat mengekspresikan segala pemikirn saya. Tantangannya adalah kita harus dapat menuangkan ide itu menjadi lebih menarik sehingga tidak hanya mampumenghibur tapi lebih jauh dari itu, kiota harus membawa kebaikan bagi pembaca melalui tulisan kita.” Tambahnya dengan penuh semangat.

Apa yang dikatakannya telah dibuktikan beberapa pekan lalu, tepatnya 4 Juli 2018, dia berhasil meraih peringkat 4 Lomba Literasi dalam rangka Hari Bhayangkara ke -72di Polda etro Jaya. Peserta Lomba Literasi berasal dari seluruh siswa SMU/MA se-Jabotabek. Tema lomba literasi kali ini adalah “Pencegahan radikalisme di kalangan pelajar”. Sebanyak 45 naskah tulisan diterima panitia dan diseleksi oleh dewan Juri yang berasal dari Humas Polda Metro Jaya, Penulis buku, dan Guru penggerak Literasi. Setelah memasuki tahap seleksi berkas, akhirnya terpilih 10 peserta yang harus mempresentasikan tulisannya di hadapan dewan juri.
Presentasi dan penilaian babak final berlangsung di lantai 7 gedung Promoter Polda Metro Jaya. Sebagian besar peserta memaparkan ide dan pengalamannya mengenai tindak radikalisme dan solusi yang telah diterapkan di sekolah masing-masing. Hanifah sendiri memilih judul “Senjata Kecil Pembunuh Generasi Muda”. Dalamp pemaparannya di hadapan dewan juri Hanifah mejelaskan bahwa hoax merupakan salah satu ancaman generasi muda saat ini, selain radikalisme. Hoax dapat mengancam generasi muda secara halus maupun terang-terangan. Cara menanggulangi hoax diantaranya adalah mencari bukti sebelum menyebarkan berita, lihat sumber berita, apakah dapat dipertanggung jawabkan, dan cerdas dalam memilih informasi.

Apa yang disampaikan Hanifah tersebut sejalan dengan apa yang disampaikanoleh Direktur Pembinaan Masyarakat Polda Metro Jaya, Kombes Sambodo Purnomo. Saat acara tasyakuran seusai mengikuti upacara HariBhayangkara beliau menyatakan bahwa, generasi muda harusmelek informasi, tidak boleh cuek, dan harus kritis.
“Saya sangat bergembira berada di tengah adik-adik semua yang memiliki pemikiran kritis, memberikan solusi pada kami terkait bagaimana mencegah radikalisme di kalangan pelajar. Oleh karena itu, Anda semua kami anggap sebagai bagian dari keluarga besar Polda Metro Jaya yang siap membantu kami.”
Ya, apa yang telah dilakukan Hanifah patut ditiru. Generasi muda masa kini tidaklah duduk santai memegang gadget, tpi bergerak aktif dan kreatif memberikankontribusi terhadap kemajuan bangsa sesuai dengan minat dan kemampuannya. (Yuyum Daryumi)