Jumat, 17 Agustus 2018 terasa meriah di ruang teater Gedung Kesenian Jakarta (GKJ). Kemeriahan ini terasa sejak pagi, dengan ditandai banyaknya penonton yang mengantri di depan gedung pertunjukkan cukup bergengsi di tanah air. Adalah Teater Keliling yang membuat penonton penasaran dengan pertunjukan teater yang dimulai pukul 14.00 hingga 16.30 WIB. Teater Keliling kali ini mempersembahkan kisah “Takdir Cinta Pangeran Diponegoro”.

Menurut sang sutradara sekaligus pendiri teater Keliling, Rudolf Puspa, pertunjukkan kali ini terinspirasi dari seorang seniman sejarawan Inggris (Peter Carey) yang melakukan penelitian mengenai kisah hidup Pangeran Diponegoro. Pertunjukkan ini diadaptasi oleh Dolfry Inda Suri dari naskah “Takdir Cinta Pngeran Diponegoro” karya Wardiman Djojonegoro. Dikisahkan, percintaan Pangeran Diponegoro dengan Raden Ayu Madu Retno yang jatuh cinta pada pandangan pertama yang akhirnya berlanjut ke jenjang pernikahan. Pangeran Diponegoro begitu mencintai Raden Ayu Madu Retno karena ia berbeda dengan wanita biasanya. Seorang wanita pemberani yang turut mendampingi Pangeran Diponegoro dalam perang melawan penjajah.

Yang menarik dari pementasan kali ini adalah sebagian pemainnya berasal dari siswa-siswi SMP dan SMU/MA di DKI Jakarta. Teater Keliling memang concern menggandeng bibit-bibit berbakat dari pelajar se-Indonesia untuk bergabung dalam sebuah pementasan. Sebelum bergabung dengan Teater Keliling, para calon actor/aktris tersebut harus melalui seleksi casting yang cukup ketat. Dua orang siswa MAN 2 Jakarta yakni Fikriyana dan Mutiara Adiningtyas, akhirnya berhasil lolos seleksi dan dinyatakan layak bergabung dalam pentas bergengsi kali ini.

“Untuk pementasan kali ini kami melakukan seleksi lebih ketat lagi, mengingat naskah yang kami angkat merupakan naskah historis. Selain itu kami memilih Gedung Kesenian Jakarta sebagai tempat pertunjukkan yang tentu saja lebih bergengsi untuk sebuah pertunjukan seni di Indonesia,” ujar Rudolf Puspa. Tak dapat dipungkiri, setiap pertunjukan yang digelar di GKJ selalu mendapat apresiasi luar biasa dari masyarakat. Pada pertunjukkan kali ini pun tampak artis Maudy Kusnaedi menikmati hingga akhir cerita.

Teater Keliling sendiri merupakan grup teater Indonesia yang konsisten berkarya sejak 13 Februari 1974. Didirikan oleh Ir. Dery Syrna, Rudolf Puspa, Buyung Zasdar, dan Paul Pangemanan yang didukung oleh tokoh teater lainnya seperti Jajang C.Noer, Saraswaty Sunindya, Ahmad Hidayat, Willem Pattirajawane, Syaeful Anwar, dan RW Mulyadi. Teater Keliling Telah mementaskan lebih dari 6000 pertunjukan di seluruh Indonesia dan negara-negara lain di dunia. Berkat reputasinya, pada tahun 2010Tetater Keliling mendapat penghargaan dari MURI (Museum Rekor Indonesia) dengan predikat Grup Teater dengan pertunjukan teater modern Indonesia terbanyak. Di tahun 1984 dan 1992, Teater Keliling mendapatkan penghargaanlingkungan dari Kementerian Lingkkungan Hidup.

“Bangga rasanya kami berdua dapat bergabung dengan Teater Keliling dan bisa pentas di gedung kesenian bergengsi ini,” tutur Mutiara sumringah. Mutiara dan Fikriyana kali ini berperan sebagai petarung yang berpihak pada pasukan Pangeran Diponegoro. Berkat keahliannya dalam bermain silat, akhirnya dapat mengantarkan mereka lolos dalam seleksi castingTeater Keliling, mengalahkan ratusan calon pemain dari seluruh wilayah DKI Jakarta.
Rasa bangga Mutiara dan Fikriyana tersebut tentu beralasan, karena tiket pertunjukan “Takdir Cinta Pangeran Diponegoro” ini selalu sold out untuk tiga hari pementasan berturut-turut. Hingga hari terakhir (19 Agustus 2018), Gedung Kesenian Jakarta tetap dipenuhi penonton yang penasaran dengan naskah heroic ini.

“Sangat bagus, saya seperti berada di masa perjuangan melawan Belanda dan benar-benar membangkitkan jiwa nasionalisme saya,” ungkap Muhammad Rafi, salah seorang pengunjung. Tak hanya para actor yang total bermain dalam pertunjukkan ini, tapi juga didukung dengan tata cahaya yang sempurna. “Berbeda dengan pertunjukkan sebelumnya, Teater Keliling Kali ini menggunakan live music seperti cello dan gitar bass, sehingga benar-benar terasa aura perjuangannya,” tambah Sulthan, salah seorang penonton yang juga personel band MAN 2 Jakarta. Ya, Tetaer Keliling kali ini benar-benar menyuguhkan hadiah yang pas untuk masyarakat Indonesia pada umumnya. Sebuah pertunjukan di bulan kemerdekaan yang membawa spirit nasionalisme terutama bagi generasi muda.(Yuyum Daryumi)